Untuk Part 2, klik di sini.
***
Aku melihat mama, tergeletak tak berdaya di lantai dengan darah yang berlumuran ke mana-mana. Aku sampai tidak bisa bernapas begitu melihatnya.
"MAMA!" aku membangunkannya.
"Ma.. Mama satu-satunya orang yang kupunya, Ma... maafkan Lisha, Ma.. Jangan tinggalkan Lisha... Lisha sayang Mama..." isakku sambil memeluk Mama. Aku tidak akan menyebutnya mama angkat lagi.
"Lisha..." Mama terbangun. Mama tersenyum sekilas.
"Mama..." panggilku.
"Lisha, maaf Mama harus meninggalkanmu sekarang," ucap Mama.
"ta.. tapi, Mama kenapa bisa begini??" tanyaku.
"ada seseorang yang merebut harta kita..." jawab Mama lirih.
"harta itu tidak penting, Ma! Aku hanya ingin Mama tidak meninggalkanku sekarang!" tangisku meluap.
"Mama tidak bisa, Lisha," bantah Mama kecil. Genggaman tangannya perlahan terlepas.
"Aishitemasu." aku mengucapkan kata terakhir yang akan Mama dengar.
Mama pergi. Meninggalkan aku sendirian dalam kehidupan suram. Ibu dan Ayah kandungku, meninggal. Sekarang, Mama dan Papa angkatku, meninggal. Mengapa hidupku seperti ini...
***
Tutut.. Tutut..
Telepon dimatikan. Aku baru saja menelepon Pamanku, satu-satunya orang yang kupunya walaupun ia terlihat sangar. Aku tidak punya pilihan lain, aku harus tinggal bersamanya. Tetapi, Paman menolak. Paman akan memasukkanku ke asrama. Aku hanya pasrah, dan menjalani hidupku yang semakin suram ini.
"Lisha!" terdengar suara dari ambang pintu. Paman masuk tanpa mengucap salam atau sepatah kata pun!
"Paman tidak sopan," gumamku kecil. "Iya, Paman?" sambutku.
"Kamu sudah bersiap?" tanya Paman.
"baju-bajunya sudah, Paman. Tapi, aku belum berganti baju. Tunggu, ya," aku berlari kecil menuju kamar.
"CEPATLAH!" bentak Paman lantang. Aku berlari makin cepat.
Beberapa lama kemudian, aku sudah siap dengan baju sederhanaku. Aku berdiri di samping Paman untuk menggandengnya berjalan, tetapi ia menepis tanganku. Pamanku yang satu ini memang sombong sekali.
Kami sampai, di Asrama Elite Muslimah. Aku berdebar, karena nantinya aku akan tidak mendapatkan teman. Mungkin, ya, mungkin. Hanya perasaanku saja. Muka Paman sama sekali tidak tersenyum, tapi masam. Aku menghela napas kecil sambil mendengus kesal menunggunya mendaftar. Tibalah saatnya aku pergi ke kamar baruku bersama teman-teman baru.
"Anak-anak, ada teman baru di Kamar 8I, nih!" seru Bu Alimah memberitahu.
"penampilannya sederhana," seseorang berbisik.
"Em... Hai! Namaku Lisha Indria Ditya. Panggil aku, Lisha. Aku lahir dari kehidupan sederhana, jadi penampilanku mungkin tidak bagus..." perkenalanku di potong.
"Sssh.. perkenalan tidak seperti itu!" bisik Bu Alimah.
"Um, maaf. Senang berkenalan dengan kalian!" lanjutku sambil menatap satu persatu teman.
"Oke, sudah kenal dengan Lisha, kan? Sekarang, berteman baik dengannya, ya! Lisha, kamu silahkan menuju kamar 8I. Sementara Indah, tolong tunjukan seprai-seprai kasurnya untuk dipilih," pinta Bu Alimah, lalu pergi meninggalkan kami semua.
Tiga orang anak yang terlihat sombong mendatangiku.
"Asal kau tahu, anak sederhana, kau tidak akan punya teman!" ancam salah satu anak disitu.
"Siapa bilang?" timpal seorang anak. Ia memakai jilbab putih dengan baju hijau. "aku akan berteman dengannya," sambungnya sambil menatap tajam tiga orang anak sombong tadi.
"Namaku Anit. Salam kenal, ya," ujar anak yang tadi ingin berteman denganku. Ia menjulurkan tangannya.
"iya, salam kenal juga," aku membalas uluran tangannya.
***
What's next? Apakah aku dan Anit akan di ejek seluruh teman Asrama? Tunggu #Part4, ya! :) :) :)
***
Aku melihat mama, tergeletak tak berdaya di lantai dengan darah yang berlumuran ke mana-mana. Aku sampai tidak bisa bernapas begitu melihatnya.
"MAMA!" aku membangunkannya.
"Ma.. Mama satu-satunya orang yang kupunya, Ma... maafkan Lisha, Ma.. Jangan tinggalkan Lisha... Lisha sayang Mama..." isakku sambil memeluk Mama. Aku tidak akan menyebutnya mama angkat lagi.
"Lisha..." Mama terbangun. Mama tersenyum sekilas.
"Mama..." panggilku.
"Lisha, maaf Mama harus meninggalkanmu sekarang," ucap Mama.
"ta.. tapi, Mama kenapa bisa begini??" tanyaku.
"ada seseorang yang merebut harta kita..." jawab Mama lirih.
"harta itu tidak penting, Ma! Aku hanya ingin Mama tidak meninggalkanku sekarang!" tangisku meluap.
"Mama tidak bisa, Lisha," bantah Mama kecil. Genggaman tangannya perlahan terlepas.
"Aishitemasu." aku mengucapkan kata terakhir yang akan Mama dengar.
Mama pergi. Meninggalkan aku sendirian dalam kehidupan suram. Ibu dan Ayah kandungku, meninggal. Sekarang, Mama dan Papa angkatku, meninggal. Mengapa hidupku seperti ini...
***
Tutut.. Tutut..
Telepon dimatikan. Aku baru saja menelepon Pamanku, satu-satunya orang yang kupunya walaupun ia terlihat sangar. Aku tidak punya pilihan lain, aku harus tinggal bersamanya. Tetapi, Paman menolak. Paman akan memasukkanku ke asrama. Aku hanya pasrah, dan menjalani hidupku yang semakin suram ini.
"Lisha!" terdengar suara dari ambang pintu. Paman masuk tanpa mengucap salam atau sepatah kata pun!
"Paman tidak sopan," gumamku kecil. "Iya, Paman?" sambutku.
"Kamu sudah bersiap?" tanya Paman.
"baju-bajunya sudah, Paman. Tapi, aku belum berganti baju. Tunggu, ya," aku berlari kecil menuju kamar.
"CEPATLAH!" bentak Paman lantang. Aku berlari makin cepat.
Beberapa lama kemudian, aku sudah siap dengan baju sederhanaku. Aku berdiri di samping Paman untuk menggandengnya berjalan, tetapi ia menepis tanganku. Pamanku yang satu ini memang sombong sekali.
Kami sampai, di Asrama Elite Muslimah. Aku berdebar, karena nantinya aku akan tidak mendapatkan teman. Mungkin, ya, mungkin. Hanya perasaanku saja. Muka Paman sama sekali tidak tersenyum, tapi masam. Aku menghela napas kecil sambil mendengus kesal menunggunya mendaftar. Tibalah saatnya aku pergi ke kamar baruku bersama teman-teman baru.
"Anak-anak, ada teman baru di Kamar 8I, nih!" seru Bu Alimah memberitahu.
"penampilannya sederhana," seseorang berbisik.
"Em... Hai! Namaku Lisha Indria Ditya. Panggil aku, Lisha. Aku lahir dari kehidupan sederhana, jadi penampilanku mungkin tidak bagus..." perkenalanku di potong.
"Sssh.. perkenalan tidak seperti itu!" bisik Bu Alimah.
"Um, maaf. Senang berkenalan dengan kalian!" lanjutku sambil menatap satu persatu teman.
"Oke, sudah kenal dengan Lisha, kan? Sekarang, berteman baik dengannya, ya! Lisha, kamu silahkan menuju kamar 8I. Sementara Indah, tolong tunjukan seprai-seprai kasurnya untuk dipilih," pinta Bu Alimah, lalu pergi meninggalkan kami semua.
Tiga orang anak yang terlihat sombong mendatangiku.
"Asal kau tahu, anak sederhana, kau tidak akan punya teman!" ancam salah satu anak disitu.
"Siapa bilang?" timpal seorang anak. Ia memakai jilbab putih dengan baju hijau. "aku akan berteman dengannya," sambungnya sambil menatap tajam tiga orang anak sombong tadi.
"Namaku Anit. Salam kenal, ya," ujar anak yang tadi ingin berteman denganku. Ia menjulurkan tangannya.
"iya, salam kenal juga," aku membalas uluran tangannya.
***
What's next? Apakah aku dan Anit akan di ejek seluruh teman Asrama? Tunggu #Part4, ya! :) :) :)
No comments :
Post a Comment