Hello, Friends!
Ini cerpen keberapaku, yaaaa...?? Ah, gak usah dipikirkan! Yang penting...
C^E^K^I^D^O^T
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"AAAAAAAAAAAA!" teriakku kencang.
"Za, tenang!" ucap Bunda.
"seram, Bun! Aku melihatnya sedang ingin menerkamku! Itu lebih seram! Aku tidak mau tidur sendiri lagi, Bun!" desisku. "walaupun aku sudah besar," lanjutku terisak.
"tenang, Za! Hantu itu tidak nyata! Itu hanya halusinasi! Percayalah," tegas Bunda. "sekarang kamu tidur dengan Bunda," ajaknya kemudian. Aku mengangguk lalu mengikutinya.
Sejak aku menonton film horror The Conjuring, Mama, serta Insidious, aku jadi penakut dan suka menyendiri. Sikapku berubah, benar-benar 100% berubah. Aku menjadi ... entahlah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"HUAAAA!" aku menjerit lagi ketika bangun tidur. "Hantu dalam film Mama! Hantu Mama! Aku melihatnya asli! ASLI!" aduku dengan nafas tak beraturan.
"Riza! Semenjak kamu menonton film horror, kamu benar-benar berubah dan Bunda merasakannya! Mulai sekarang, kamu ada dalam awasan Bunda," omel Bunda sekaligus khawatir.
"i... iya, Bun," sahutku terbata-bata. Bunda memelukku erat.
"maaf sayang, ini kesalahan Bunda karena tidak menjagamu," ucap Bunda disela-sela pelukannya. "sekarang, kamu siap-siap sekolah. Nanti telat, lho," sambungnya memerintah. Aku segera bergegas.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"jadi, kamu benar melihatnya asli?" tanya Izta meyakinkan.
"benar! Aku sendiri bahkan tidak percaya," kataku menegaskan. "hantu itu seram! Dia ingin menerkamku, padahal seharusnya menerkam Lily...."
"itu hanya halusinasi!" bantah Erty. "jika kamu percaya pada Tuhan dan dirimu sendiri, kamu tak akan terteror hantu dalam halusinasimu. Jangan takut lagi, Za," jelas Erty.
"ta... tapi, aku tidak bisa, Erty... aku benar-benar di teror hantu setiap hari, setiap aku tidur, setiap aku terbangun dari tidurku,..." isakku kesal.
"jangan menangis karena hantu! HANTU TIDAKLAH NYATA!" amarah Erty tak bisa dipadamkan. Ia paling sebal dengan orang yang takut dengan hantu.
Aku terpaksa berbohong demi amarahnya. "aku tidak takut hantu lagi,"
"benarkah? Secepat itu kau terbujuk?" Izta meminta aku mengulang kata-kata.
"ya. Aku tidak takut hantu lagi," ulangku.
"oke. Kau meluapkan amarahku. Ingat pesanku, 'hantu tidaklah nyata'," Erty menegaskan kata-katanya. Aku menelan ludah. Bagaimana kalau aku ketahuan berbohong?
"BU TIRTA DATANG!" beri tahu Richard heboh. Semua anak berlari kebangku masing-masing, tak terkecuali Izta dan Erty yang duduk di bangkuku.
"jangan melupakan kata-kataku," tegas Erty.
"oke, oke. 'Hantu tidaklah nyata'," sahutku jengkel. Ah, Erty cerewet sekali!
Seorang guru datang dengan misterius. Kepalanya menunduk, dan memakai baju guru seperti jubah. Siapakah dia? Tunggu dulu. Dia bukanlah Bu Tirta!
"ssss.. say, grrr... greeting," perintah Irfan terbata-bata. Ia takut dengan 'guru misterius' itu.
"gggg... good, morrrr... morning," salam semua murid terbata-bata.
Aneh. Sosok 'guru misterius' ini tidak menjawab. Benar-benar aneh, tetapi nyata!
"eumh, excuse me. May i ask you something?" ucap salah satu murid kepada 'guru misterius' itu. Orang itu hanya mengangguk tanpa berkata-kata.
"kamu ingin mengajar apa di kelas ini?" tanya murid yang ingin bertanya tadi. 'Guru misterius' itu menggeleng.
"ngapain kesini kalau tidak mengajar?!" pekikku pelan ketakutan. "apakah dia hantu?"
"tidak. Tidak mungkin hantu! Lihat saja. Ada kaki menapak tanah," bantah Codi sambil berbisik.
"aku takut,..." gumamku pelan. Efek! Ini efek menonton film seram!
'Guru misterius' itu tampak berjalan ke arahku. Tiba-tiba, dia hendak menerkamku, dan...
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"TIDAAAAAAAK!" pekikku kencang.
"RIZA!" teriak Bunda. "Riza! Kamu benar-benar sudah kelewatan! Kamu phobia! Bunda akan mengantarmu ke ahli pengatas phobia(tips:sorry, aku ngasal, hahaha)!" jerit Bunda.
Aku dan Bunda segera pergi ke tempat ahli pengatas phobia. Ahli pengatas phobia atau APP(baca:Apepe) adalah orang yang ahli dalam mengatasi phobia seseorang. Jika orang itu phobia dengan nasi, maka APP itu akan mengatasi orang yang phobia dengan nasi itu bagaimana pun caranya.
"Bun, are you serious?" tanyaku menegaskan.
"sure," sahut Bunda sambil tersenyum.
Tibalah kita, di tempat APP.
Canggih sekali tempatnya, gumamku.
"mau ke APP?" tanya salah seorang petugas.
"tentu saja," jawab Bunda lalu dituntun petugas itu.
Sampailah kita di tempat tunggu. Banyak sekali! Disana, mereka memakai baju bergambar phobia mereka, lalu dicoret gambar itu. Ada yang phobia dengan nasi, piring, bahkan baju! Ya Tuhan, aneh sekali orang-orang ini. Kata ibu anak phobia baju itu, jika anak itu memakai baju harus menutup mata agar tidak menjerit. Ck ck ck...
Aku pun diberi baju bergambar hantu kartun dan gambar itu dicoret. Semua itu di buat dalam waktu yang sangaaaat singkat. Benar-benar aneh, pikirku. Oh iya, aku mendapat nomor urut 21. Satu kata, yaitu; lama.
Berjam-jam kemudian...
"21!" panggil petugas penjaga ruang APP.
"Bun, it's time," delikku. Bunda santai dan tersenyum simpul.
"jadi, kau phobia pada hantu, anak manis?" tanya Mr. Phom, ahli pengatas phobia alias APP.
"ya, Mr. Phom. Sejak aku menonton film horror bersama teman-temanku," jawabku menjelaskan.
"hmmm," Mr. Phom bergumam, lalu berpikir sebentar. "Hantu dalam film itu tidak nyata, anak manis. Mari kutunjukkan pembuatan hantu seram itu," ajaknya lalu membuka laptopnya. Bukan laptop, melainkan lebih canggih.
"NOOOO!" jeritku kencang.
"sshh, tenang! Lihat!" tunjuknya. Disana, terdapat proses pembuatan muka hantu film Insidious(tips:aku ngasal lagi! wkwk). Orangnya hanya di make up!
"i... itu," aku menunjuk kepada hantu filmnya.
"ya. Hantu itu manusia," potong Mr. Phom.
"sementara, untuk..." Mr. Phom memutar kursinya. "film Mama, itu editan. Bahkan, saya bisa membuat hantu editan lebih seram!" gurau Mr. Phom. Aku mendesah lega.
"lihat, benar, kan? Jika kamu ahli, kamu juga bisa mengeditnya, anak manis," lanjut Mr. Phom. Bunda tersenyum ke arahku.
"sementara untuk film lain, Mr. Phom?" tanyaku kemudian.
"jika hantunya itu mempunyai kaki, hantu itu manusia yang di make up. Sementara untuk semacam hantu film Mama, itu editan. Sudah kubuktikan, bukan? Aku bahkan bisa mengedit lebih seram," jelas Mr. Phom sambil tertawa. Aku ikut tertawa. Aku juga bisa mengeditnya, kataku.
"kamu juga bisa mengedit dirimu bersama hantu, lho!" beri tahu Mr. Phom. Aku menaikkan alis. "tapi bukan waktu yang tepat, anak manis. Ini masalah phobiamu," lanjutnya.
"kalau hantu nyata? Semacam, ummm... pocong, atau yang lain?" tanyaku lagi.
"itu..." Mr. Phom kebingungan. "Aha! Aku pernah dengar. Jika kamu percaya dan kamu tidak takut, hantu itu akan takut kepadamu dan menjauhimu. Jika kamu takut, hantu itu akan mengganggumu," sambungnya sambil tersenyum lebar.
"tapi, menghilangkan rasa takutnya itu susah sekali, Mr. Phom!" bantahku.
Mr. Phom menyeringai lebar. "tidak sulit. Kamu hanya perlu percaya kepada Tuhan dan percaya pada diri sendiri, lalu hantu itu akan menjadi tidak nyata dalam kehidupanmu," ucapnya.
Aku terdiam mematung. Ah, itu benar! Persis seperti kata-kata Erty waktu itu. Aku menjadi tenang.
"Bagaimana perasaanmu sekarang, anak manis?" tanya Mr. Phom lembut.
"aku merasa lebih baik! Aku tidak takut lagi!" seruku senang.
"benarkah?" tegas Mr. Phom
"benar! Terima kasih banyak Mr. Phom!"
~~~~~~~~~~~~~~~
"Mama... Mama..."
Terdengar suara menyeramkan dari TV. Oalah, ternyata film Mama!
"lagi menonton apa, Riza?" tegur Bunda.
"Mama, Bun. Kali ini tenang dan gak menakutkan!" jawabku sambil tersenyum.
"ingat kata-kata Mr. Phom, ya, sayang," ucap Bunda.
Mr. Phom benar. Hantu tidaklah nyata jika kita berani menghadapinya. Hantu akan nyata jika kita takut menghadapinya. Kau perlu ingat, hantu bukanlah sesuatu yang BENAR-BENAR nyata. Sekarang, aku suka menonton Horror Movie dan aku tidak takut sendirian di kamar lagi!
Ini cerpen keberapaku, yaaaa...?? Ah, gak usah dipikirkan! Yang penting...
C^E^K^I^D^O^T
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"AAAAAAAAAAAA!" teriakku kencang.
"Za, tenang!" ucap Bunda.
"seram, Bun! Aku melihatnya sedang ingin menerkamku! Itu lebih seram! Aku tidak mau tidur sendiri lagi, Bun!" desisku. "walaupun aku sudah besar," lanjutku terisak.
"tenang, Za! Hantu itu tidak nyata! Itu hanya halusinasi! Percayalah," tegas Bunda. "sekarang kamu tidur dengan Bunda," ajaknya kemudian. Aku mengangguk lalu mengikutinya.
Sejak aku menonton film horror The Conjuring, Mama, serta Insidious, aku jadi penakut dan suka menyendiri. Sikapku berubah, benar-benar 100% berubah. Aku menjadi ... entahlah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"HUAAAA!" aku menjerit lagi ketika bangun tidur. "Hantu dalam film Mama! Hantu Mama! Aku melihatnya asli! ASLI!" aduku dengan nafas tak beraturan.
"Riza! Semenjak kamu menonton film horror, kamu benar-benar berubah dan Bunda merasakannya! Mulai sekarang, kamu ada dalam awasan Bunda," omel Bunda sekaligus khawatir.
"i... iya, Bun," sahutku terbata-bata. Bunda memelukku erat.
"maaf sayang, ini kesalahan Bunda karena tidak menjagamu," ucap Bunda disela-sela pelukannya. "sekarang, kamu siap-siap sekolah. Nanti telat, lho," sambungnya memerintah. Aku segera bergegas.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"jadi, kamu benar melihatnya asli?" tanya Izta meyakinkan.
"benar! Aku sendiri bahkan tidak percaya," kataku menegaskan. "hantu itu seram! Dia ingin menerkamku, padahal seharusnya menerkam Lily...."
"itu hanya halusinasi!" bantah Erty. "jika kamu percaya pada Tuhan dan dirimu sendiri, kamu tak akan terteror hantu dalam halusinasimu. Jangan takut lagi, Za," jelas Erty.
"ta... tapi, aku tidak bisa, Erty... aku benar-benar di teror hantu setiap hari, setiap aku tidur, setiap aku terbangun dari tidurku,..." isakku kesal.
"jangan menangis karena hantu! HANTU TIDAKLAH NYATA!" amarah Erty tak bisa dipadamkan. Ia paling sebal dengan orang yang takut dengan hantu.
Aku terpaksa berbohong demi amarahnya. "aku tidak takut hantu lagi,"
"benarkah? Secepat itu kau terbujuk?" Izta meminta aku mengulang kata-kata.
"ya. Aku tidak takut hantu lagi," ulangku.
"oke. Kau meluapkan amarahku. Ingat pesanku, 'hantu tidaklah nyata'," Erty menegaskan kata-katanya. Aku menelan ludah. Bagaimana kalau aku ketahuan berbohong?
"BU TIRTA DATANG!" beri tahu Richard heboh. Semua anak berlari kebangku masing-masing, tak terkecuali Izta dan Erty yang duduk di bangkuku.
"jangan melupakan kata-kataku," tegas Erty.
"oke, oke. 'Hantu tidaklah nyata'," sahutku jengkel. Ah, Erty cerewet sekali!
Seorang guru datang dengan misterius. Kepalanya menunduk, dan memakai baju guru seperti jubah. Siapakah dia? Tunggu dulu. Dia bukanlah Bu Tirta!
"ssss.. say, grrr... greeting," perintah Irfan terbata-bata. Ia takut dengan 'guru misterius' itu.
"gggg... good, morrrr... morning," salam semua murid terbata-bata.
Aneh. Sosok 'guru misterius' ini tidak menjawab. Benar-benar aneh, tetapi nyata!
"eumh, excuse me. May i ask you something?" ucap salah satu murid kepada 'guru misterius' itu. Orang itu hanya mengangguk tanpa berkata-kata.
"kamu ingin mengajar apa di kelas ini?" tanya murid yang ingin bertanya tadi. 'Guru misterius' itu menggeleng.
"ngapain kesini kalau tidak mengajar?!" pekikku pelan ketakutan. "apakah dia hantu?"
"tidak. Tidak mungkin hantu! Lihat saja. Ada kaki menapak tanah," bantah Codi sambil berbisik.
"aku takut,..." gumamku pelan. Efek! Ini efek menonton film seram!
'Guru misterius' itu tampak berjalan ke arahku. Tiba-tiba, dia hendak menerkamku, dan...
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"TIDAAAAAAAK!" pekikku kencang.
"RIZA!" teriak Bunda. "Riza! Kamu benar-benar sudah kelewatan! Kamu phobia! Bunda akan mengantarmu ke ahli pengatas phobia(tips:sorry, aku ngasal, hahaha)!" jerit Bunda.
Aku dan Bunda segera pergi ke tempat ahli pengatas phobia. Ahli pengatas phobia atau APP(baca:Apepe) adalah orang yang ahli dalam mengatasi phobia seseorang. Jika orang itu phobia dengan nasi, maka APP itu akan mengatasi orang yang phobia dengan nasi itu bagaimana pun caranya.
"Bun, are you serious?" tanyaku menegaskan.
"sure," sahut Bunda sambil tersenyum.
Tibalah kita, di tempat APP.
Canggih sekali tempatnya, gumamku.
"mau ke APP?" tanya salah seorang petugas.
"tentu saja," jawab Bunda lalu dituntun petugas itu.
Sampailah kita di tempat tunggu. Banyak sekali! Disana, mereka memakai baju bergambar phobia mereka, lalu dicoret gambar itu. Ada yang phobia dengan nasi, piring, bahkan baju! Ya Tuhan, aneh sekali orang-orang ini. Kata ibu anak phobia baju itu, jika anak itu memakai baju harus menutup mata agar tidak menjerit. Ck ck ck...
Aku pun diberi baju bergambar hantu kartun dan gambar itu dicoret. Semua itu di buat dalam waktu yang sangaaaat singkat. Benar-benar aneh, pikirku. Oh iya, aku mendapat nomor urut 21. Satu kata, yaitu; lama.
Berjam-jam kemudian...
"21!" panggil petugas penjaga ruang APP.
"Bun, it's time," delikku. Bunda santai dan tersenyum simpul.
"jadi, kau phobia pada hantu, anak manis?" tanya Mr. Phom, ahli pengatas phobia alias APP.
"ya, Mr. Phom. Sejak aku menonton film horror bersama teman-temanku," jawabku menjelaskan.
"hmmm," Mr. Phom bergumam, lalu berpikir sebentar. "Hantu dalam film itu tidak nyata, anak manis. Mari kutunjukkan pembuatan hantu seram itu," ajaknya lalu membuka laptopnya. Bukan laptop, melainkan lebih canggih.
"NOOOO!" jeritku kencang.
"sshh, tenang! Lihat!" tunjuknya. Disana, terdapat proses pembuatan muka hantu film Insidious(tips:aku ngasal lagi! wkwk). Orangnya hanya di make up!
"i... itu," aku menunjuk kepada hantu filmnya.
"ya. Hantu itu manusia," potong Mr. Phom.
"sementara, untuk..." Mr. Phom memutar kursinya. "film Mama, itu editan. Bahkan, saya bisa membuat hantu editan lebih seram!" gurau Mr. Phom. Aku mendesah lega.
"lihat, benar, kan? Jika kamu ahli, kamu juga bisa mengeditnya, anak manis," lanjut Mr. Phom. Bunda tersenyum ke arahku.
"sementara untuk film lain, Mr. Phom?" tanyaku kemudian.
"jika hantunya itu mempunyai kaki, hantu itu manusia yang di make up. Sementara untuk semacam hantu film Mama, itu editan. Sudah kubuktikan, bukan? Aku bahkan bisa mengedit lebih seram," jelas Mr. Phom sambil tertawa. Aku ikut tertawa. Aku juga bisa mengeditnya, kataku.
"kamu juga bisa mengedit dirimu bersama hantu, lho!" beri tahu Mr. Phom. Aku menaikkan alis. "tapi bukan waktu yang tepat, anak manis. Ini masalah phobiamu," lanjutnya.
"kalau hantu nyata? Semacam, ummm... pocong, atau yang lain?" tanyaku lagi.
"itu..." Mr. Phom kebingungan. "Aha! Aku pernah dengar. Jika kamu percaya dan kamu tidak takut, hantu itu akan takut kepadamu dan menjauhimu. Jika kamu takut, hantu itu akan mengganggumu," sambungnya sambil tersenyum lebar.
"tapi, menghilangkan rasa takutnya itu susah sekali, Mr. Phom!" bantahku.
Mr. Phom menyeringai lebar. "tidak sulit. Kamu hanya perlu percaya kepada Tuhan dan percaya pada diri sendiri, lalu hantu itu akan menjadi tidak nyata dalam kehidupanmu," ucapnya.
Aku terdiam mematung. Ah, itu benar! Persis seperti kata-kata Erty waktu itu. Aku menjadi tenang.
"Bagaimana perasaanmu sekarang, anak manis?" tanya Mr. Phom lembut.
"aku merasa lebih baik! Aku tidak takut lagi!" seruku senang.
"benarkah?" tegas Mr. Phom
"benar! Terima kasih banyak Mr. Phom!"
~~~~~~~~~~~~~~~
"Mama... Mama..."
Terdengar suara menyeramkan dari TV. Oalah, ternyata film Mama!
"lagi menonton apa, Riza?" tegur Bunda.
"Mama, Bun. Kali ini tenang dan gak menakutkan!" jawabku sambil tersenyum.
"ingat kata-kata Mr. Phom, ya, sayang," ucap Bunda.
Mr. Phom benar. Hantu tidaklah nyata jika kita berani menghadapinya. Hantu akan nyata jika kita takut menghadapinya. Kau perlu ingat, hantu bukanlah sesuatu yang BENAR-BENAR nyata. Sekarang, aku suka menonton Horror Movie dan aku tidak takut sendirian di kamar lagi!
No comments :
Post a Comment